Sabtu, 03 Desember 2011

ANALISIS PEMBELAJARAN

Pertemuan 3
ANALISIS PEMBELAJARAN


Analisis pembelajaran adalah satu dari beberapa langkah yang harus direncanakan dan dipersiapkan secara matang sebelum kita mentransfer sebuah ilmu kepada siswa. Perlu direncanakan dan dipersiapkan secara matang, karena pada analisis pembelajaran ini terjadi proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematik (Atwi Suparman, 2001 : 89). Kegiatan ini dimaksudkan agar tergambar susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik jumlah maupun susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa perilaku yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara efektif dan efisien. Namun kenyataannya, tidak sedikit dari pengembang pembelajaran (termasuk pengajar) melewati tahapan ini. Kebanyakan dari mereka dari TIU langsung melompat ke penulisan TIK, tes, atau isi pelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran yang dihasilkan menjadi tidak sistematik.
Langkah-langkah Melakukan Analisis Pembelajaran
Berikut adalah langkah-langkah yang bisa digunakan dalam menganalisis pembelajaran:
1.      Menuliskan perilaku umum yang telah anda tulis dalam TIU untuk mata pelajaran yang sedang anda kembangkan.
2.      Menulis setiap perilaku khusus yang menurut anda menjadi bagian dari perilaku umum tersebut. Jumlah perilaku khusus untuk setiap perilaku umum berkisar antara 5 – 10 buah.
3.      Menyusun perilaku khusus tersebut ke dalam suatu daftar urutan yang logis dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang paling “dekat” hubungannya dengan perilaku umum diteruskan “mundur” sampai perilaku yang paling jauh dari perilaku umum.
4.      Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu.
5.      Menulis setiap perilaku khusus tersebut dalam suatu lembar kartu atau kertas ukuran 3 x 5 cm.
6.   Menyusun kartu tersebut di atas meja atau lantai dengan menempatkannya dalam struktur hierarkikal, prosedural, atau pengelompokkan, menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu yang lain. Letakkan kartu tersebut sejajar atau horizontal untuk perilaku-perilaku yang mempunyai struktur prosedural dan pengelompokkan serta letakkan secara vertikal untuk perilaku-perilaku yang hierarkikal. Dalam proses ini anda seolah-olah sedang bermain kartu dengan cara mencocokkan letak suatu kartu di antara kartu yang lain. Hal itu akan mengasyikkan, mungkin memakan waktu berjam-jam.
7.   Jika perlu, tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap perlu atau kurangi bila dianggap lebih. Sampai batas ini anda harus yakin betul bahwa tidak ada perilaku khusus yang masih ketinggalan atau kelebihan serta susunannya menurut struktur hierarkikal, prosedural, pengelompokan, atau kombinasi.
8.    Menggambar letak perilaku-perilaku tersebut dalam bentuk kotak-kotak di atas kertas lebar sesuai dengan letak kartu yang telah anda susun. Hubungkan kotak-kotak yang telah anda gambar tersebut dengan garis-garis vertikal dan horizontal untuk menyatakan hubungannya yang hierarkikal, prosedural, atau pengelompokkan.
9.      Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan yang lain atau perilaku-perilaku khusus yang berada di bawah perilaku umum yang berbeda.
10.  Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimulai dari yang terjauh sampai ke yang terdekat dengan perilaku umum. Pertama, pemberian nomor urut perilaku-perilaku khusus yang terstruktur hierarkikal harus dilakukan dari bawah ke atas. Kedua, pemberian nomor urut perilaku-perilaku khusus yang terstruktur prosedural dapat berlainan dari urutan penampilan perilaku-perilaku khusus tersebut dalam pekerjaan. Urutan perilaku-perilaku khusus tersebut dilakukan dari yang lebih sederhana ke yang lebih kompleks atau sulit dan kemiripan atau kaitan gerakan yang satu dan yang lain. Ketiga, pemberian nomor urut perilaku-perilaku khusus yang terstruktur pengelompokkan dilakukan dengan cara yang sama dengan prosedural.
11.  Mengkonsultasikan atau mendiskusikan bagan yang telah anda susun dengan teman sejawat untuk mendapatkan masukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam diskusi tersebut adalah:
a.     Lengkap tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap perilaku umum
b.    Logis tidaknya urutan dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku umum
c.     Stuktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hierarkikal, prosedural, pengelompokkan, atau kombinasi)
Pembelajaran adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa komponen (subsistem) yang membangunnya dan analisis pembelajaran merupakan satu dari sekian banyak komponen yang ada. Analisis pembelajaran memiliki peranan yang strategis dalam hal membuat pembelajaran menjadi lebih sistematis, terarah, dan jelas arah tujuannya. Dikatakan demikian, karena dalam analisis pembelajaran kita akan melakukan pemetaan kompetensi, mulai dari penguraian perilaku umum menjadi perilaku khusus, dari yang “dekat” sampai dengan yang “jauh” dari penguasaan siswa. Jadi dengan kata lain, semakin cermat kita melakukan analisis pembelajaran, akan semakin mudahlah kita dalam melakukan langkah-langkah pengembangan pembelajaran selanjutnya.

MENGIDENTIFIKASI PERILAKU DAN KARAKTERISTIK AWAL SISWA
                  Keterampilan siswa yang ada dalam kelas acap kali sangat heterogen. Sebagian siswa sudah banyak tahu , sebagian lagi belum tahu sama sekali tentang materi yang diajarkan di kelas.
Untuk mengatasi hal ini, ada dua pendekatan yang dapat dipilih. Pertama , siswa menyesuaikan dengan materi pelajaran, dan kedua sebaliknya, materi pelajaran disesuaikan dengan siswa.
Pendekatan pertama, siswa menyesuaikan dengan materi pelajaran, dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Seleksi penerimaan awal:
a.    Pada saat pendaftaran siswa diwajibkan memiliki latar belakang pendidikan
yang relevan dengan program pendidikan yang akan diambilnya.
b.    setelah memenuhi syarat pendaftaran di atas, siswa mengikuti tes masuk dalam pengetahuan 
    dan keterampilan yang sesuai dengan program pendidikan yang akan diambilnya.
2. Tes dan pengelompokkan siswa:
    Setelah melalui seleksi seperti dijelaskan dalam butir 1, masih ada kemungkinan
     pengajar menghadapi masalah heterogennya siswa yang mengambil mata pelajaran  tertentu.  
     Karena itu, perlu dilakukan tes sebelum mengikuti pelajaran untuk mengelompokkan siswa yang  
     boleh megikuti pelajaran tersebut.
3. Lulus mata pelajaran prasyarat
Pendekatan kedua, materi pelajaran disesuaikan dengan siswa. Pendekatan ini
hampir tidak memerlukan seleksi penerimaa siswa.
Pendekatan ketiga yang mengkombinasikan kedua pendekatan diatas mempunyai ciri sebagai berikut :
    1. Menyeleksi penerimaan siswa atas dasar latar belakang pendidikan atau ijazah
           seleksi ini biasanya lebih besifat administratif.
    2. melaksanakan tes untuk mengetahui kemampuan dan karakteristik awal siswa
           tes ini tidak digunakan sebagai alat menyeleksi siswa,tetapi untuk dijadikandasar penyusunan  
           bahan pelajaran.
3.  Menyusun bahan instruksional yang sesuai dengan kemampuan dan karakteristik awal siswa.
4.   Menggunakan sistem instruksional yang memngkinkan siswa maju menurut kecepatan dan 
      kemampuan masing – masing.
5.  Memberikan supervisi kepada siswa secara individual.
            Dari uraian diatas diperoleh gambaran bahwa perilaku dan karakteristik awal
siswa penting, karena mempunyai implikasi terhadap penyusunan bahan belajar dan sistem instruksional.
            Di samping mengidentifikasi perilaku awal siswa, pengembang instruksional harus pula mengidentifikasi karakteristik siswa yang berhubungan dengan keperluan pengembangan instruksional. Minat siswa pada umunya, misalnya olahraga, karena sebagian besar siswa adalah penggemar olahraga, dapat dijadikan bahan dalam memberikan contoh dalam rangka penjelasan materi pelajaran. Kemampuan siswa yang kurang dalam membaca bahasa inggris merupakan masukan pula bagi pengembang instruksional umtuk memilih bahan-bahan pelajaran yang tidak berbahasa inggris atau menerjemahkan terlebih dahulu ke dalam bahasa indonesia.
Teknik yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi karakteristik awal siswa sama dengan teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi perilaku awal, yaitu kusioner, interview, observasi dan tes.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar